"Well, look who I ran into," crowed Coincidence.
"Please" flirted Fate, "this was meant to be."
Setiap terjadi sesuatu yang berhubungan sama orang yang baru-baru ini secara tidak sengaja muncul di pikiran/mimpi/depan gue, gue selalu (mencoba) mencari benang merah antara kejadian-kejadian itu. Dan setelah gue menyambungnya, gue akan menerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan terkadang, terkaan itu berubah menjadi harapan. Harapan semu, kosong. Karena kadang, beberapa kejadian memang tidak ada hubungannya. Bertemu seseorang beberapa saat setelah kamu menuliskan sesuatu tentangnya bukan berarti takdirmu akan bersamanya. Sering bertemu dengan seseorang yang baru-baru ini nge-add BBM kamu bukan berarti pertanda dia suka kamu. Dipinjamkan jaket saat kehujanan bukan berarti dia perhatian sama kamu. Hal-hal seperti itu, yang kadang membuat kita berharap lebih. Yang membuat kita berharap bahwa akan ada lanjutan dari kejadian itu. Padahal tidak. Ada beberapa cerita yang dibuat hanya sebagai penambah rasa, penambah rasa dalam kehidupan. Mungkin apa yang terjadi memang berhubungan, namun bukan berarti hubungan yang kita karang sendiri merupakan hubungan yang benar. Membingungkan ya? Memang.
Dulu gue selalu menerka-nerka "Ah ada apa ya sama orang ini?" kalo terjadi beberapa hal yang baik secara langsung ataupun tidak, berhubungan ama gue. Dan tau nggak apa yang terjadi? Ngga ada. Ngga terjadi apa-apa. Ngga ada kelanjutan. Jadi akhirnya, semua cuma kebetulan. Jadi menurut gue, yang bikin quotes di atas belom ngerasain apa yang namanya kebetulan. Dia (luckily) langsung ngerasain kalo kumpulan kebetulan yang terjadi pada dirinya emang meant something ke dia. Coba kalo dia nggak ngerasa gitu, apa dia masih berani ngomong kaya gitu? Gue rasa nggak.
Cupmuah dari orang yang dulunya percaya sama kebetulan dan takdir,
No comments:
Post a Comment